Skip to main content

The Way of Me


Chapter 1

Ketika aku kecil, aku sering mengimpikan untuk menjadi dewasa. Segudang khayalan apa yang aku lakukan ketika besar nanti, kuutarakan begitu antusias di depan teman-teman sebayaku di sekolah. Mulai dari punya pacar, lulus sekolah, menjadi wanita karir, menikah, ketika itu bisa dengan mudahnya kuucapkan sambil tertawa terbahak-bahak. Namun apa yang ada sekarang, kenyataan tak seindah apa yang dibayangkan. Terkadang aku harus merenung, jalanku yang salah, nasibku, atau aku sendiri yang terjebak dalam kebimbangan?
Well, aku tak yakin tahu benar. Walaupun orang-orang berkata bahwa kehidupanku sangat enak, bisa menuruti semua keinginan, tapi aku sendiri merasakan, bahwa aku tak seberuntung orang-orang berkata. Bila aku memflash back aku dimasa lalu, ketika aku mulai tumbuh dianggap dewasa, sebenarnya itulah titik awal kesalahanku. Dan ketika aku kembali mengingat-ingat masaku sebelum itu, terhadap mama, papa, adik, saudara-saudaraku, betapa bahagianya saat itu.
Dalam mimpiku aku sering membayangkan, seandainya semua dapat diputar balik, aku sungguh-sungguh tak ingin melakukan itu. Hanya tinggal penyesalan yang ada sekarang. Berharap mereka, keluargaku akan kembali menaruh kepercayaan terhadapku.

Perjalanan Usiaku

            Sampai dimanakah ingatan terdalammu? Seberapa jauh serta seberapa jelas kau dapat memvisualisasikannya dalam bayanganmu? Adakah yang ingat, masamu sebelum usia tiga tahun? Bahkan sebagian besar orang tak ingat bagaimana saat di usia tiga tahun.
            Aku dapat mengingat masaku paling jauh, saat aku berusia hampir dua tahun. Bahkan aku ingat bagaimana moment ulang tahunku yang kedua. Meskipun tak 100% utuh, setidaknya aku ingat.

Aku Ketika Lahir ( kata mama, papa, budhe, pakde, dan saudara-saudaraku)

            Aku dilahirkan 22 tahun yang lalu, tepatnya 31 Maret 1990. Kata mama aku kecil, beratnya Cuma 2,4 kg. Bahkan aku lahir tak sampai sembilan bulan sepuluh hari. Kata mama waktu itu aku terlihat susah untuk hidup, namun mukjizat datang dan akupun bisa bertahan hingga saat ini. Aku dilahirkan di salah satu klinik di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tapi aku tak tahu apa nama kliniknya. Kira-kira waktu SMP aku pernah diberitahu, tapi lupa lagi.
            Orang tuaku memberikan nama untukku, dan katanya namaku ini juga sumbangan dari Alm. Pakde Nono, teman dekat papa mama yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
            Menginjak umur dua bulan, katanya badanku semakin sehat bahkan semakin gendhut. Berbeda saat aku pertama kali ada di dunia ini. Menginjak usia sembilan bulan, kata papa dan mama aku sudah bisa latihan berjalan, meskipun hanya selangkah dua langkah. Dan lagi kata papa, aku paling suka mendengar papa main saxophone. Ya, papaku adalah seorang saxophonist, ketika beliau memainkan lagu, aku langsung bobok. Dan lagu favoritku adalah What A Wonderful World
            Usia hampir sepuluh bulan, aku dibawa ke Jogja oleh budheku, kakak mama. Lantaran papa harus menyelesaikan study di UI, dan kebetulan pula mama dan papa sakit sama-sama, di RS Fatmawati. Sehingga Budhe Sri, berniat untuk mengasuhku sementara di Jogja, hingga ulang tahunku yang pertama.

Aku di Usia Satu Tahun

            Ketika aku melihat album foto, ulang tahunku dirayakan cukup meriah. Meski tak ada mama dan papa, didalamnya aku tetap terlihat senang. Mungkin karena masih batita sehingga aku tak bisa merasakan yang namanya sedih. Ternyata di umur setahun, aku sudah bisa action, lucu juga ngelihat foto-foto lama, masih ada Mbah Kakung meringis serta Mbah Putri.
            Entah bulan apa setelah ulang tahunku, mama dan papa menjemputku. Kata mbak sepupuku, Mbak Nanik, mama sempat rebutan dengan Budhe Sri, kalau aku tak boleh diambil lagi.
            Lantas kata mama, ketika dijemput aku berjalan sendiri kearah mama, dan langsung memeluknya. Kalau jaman dulu video atau handphone sudah ada, dan kebetulan ada yang mengabadikan moment tersebut, pasti akan menjadi kenangan yang betul-betul tak akan mungkin lupa.

Aku di Usia Dua Tahun

            Dalam ingatanku, meskipun samar-samar tapi tetap jelas. Ulang tahunku dirayakan di posyandu balita kampung rumahku, Jageran. Selesai acara langsung diajak mama dan papa foto di Duta Foto jalan Parangtritis. Aku pakai baju baru warna pink plus topi. Ada kue tart besar. Tapi aku tak mau difoto waktu itu, dan langsung menangis.
            Kata mama di umur dua tahun lebih, aku sudah bisa berhitung 1 sampai 100 pakai meteran jahit. Dan aku sudah bisa membaca sedikit-sedikit. Aku masih ingat buku pertama yang papa belikan waktu ulang tahunku, sampai sekarangpun masih kusimpan, judulnya Gogo Kodok.
            Papa juga sering mengajakku ke AMI (Anima Musika Indonesia) melihat latian musiknya papa. Kadang aku ikut-ikutan mencet-mencet tuts piano.

Aku di Usia Tiga Tahun

            Dulu aku punya pengasuh namanya Mbak Mar, tapi aku lupa bagaimana rupanya sekarang. Usia tiga tahun aku sudah sekolah, tapi hanya dititipkan. Di TK Wismogoro Yogyakarta. Kebetulan Mbah Kakung menjadi komite di TK itu. Kata mama, nilaiku bagus-bagus, dan sudah bisa menulis huruf-huruf.
            Tapi yang paling jelas kuingat, dulu papa sering mengajaku sepedaan, mama ngegonceng, aku pakai dudukan yang dipasang di stang sepeda. Sambil disuapin, diajak keliling sampai Sewon, lihat sapi, sawah, bebek, kata papa, suara musik itu seperti alam. Lagu kesukaanku waktu itu lagunya susan.
            Oleh mama aku diikutkan kegiatan TPA di Masjid Mangkuyudan, dan aku menjadi murid mengaji paling muda disana. Mama selalu mengantar dab menjemputku. Kalau pulang selalu mampir di warung Mbak Murti, beli stiker kesatria baja hitam.
            Setiap jam empat sore lihat Unyil di TVRI, kalau minggu lihat Doraemon dan Power Rangers. Teman mainku dulu ada Della, mbak Sheilla, anaknya Pak Singgih Sanjaya. Ada lagi Ajeng, Anis, tapi sekarang sama sekali tak pernah bertemu mereka, setahun sekali itupun kalau beruntung.

Aku di Usia Empat Tahun

            Aku disekolahkan di TK Batik PPBI Yogyakarta, salah satu TK terbaik di Yogya yang kebetulan dekat dari rumah. Guru pertamaku adalah Bu Yuli, Bu Sri, dan Bu Ida. Aku satu sekolah bahkan satu kelas dan satu bangku dengan Della. Selain itu ada beberapa teman yang aku masih ingat seperti, Kiki, Seto, Rida, Devi, Inez, Putri, Adis, Icha, Tata, Rudi.
            Aku ikut beberapa kegiatan seperti menari, melukis, drum band, berenang, fashion show, menyanyi. Aku cukup seringh pentas, tari pertamaku Tari Kijang, kalau 17’an sering tampil untuk menyanyi dan fashion show.
            Papa memberiku sepaket buku bacaan anak-anak, ada bahasa Inggrisnya. Aku masih belum paham bahasa Inggris, jadi ya Cuma asal baca. Satu paket ada 14 buku, dan ada crayonnya. Saat itulah aku kenal cerita seperti Three Little Pigs, Goldilock and the Three Bear, dan The Ugly Duck. Papa sering menyetel video kaset juga, film-film Disney, Dinosaurus.
            Bahkan aku masih ingat, di Sekaten sempat ada pameran Jurassic Park, aku naik glyptodon terus nangis. Setiap hari pulang sekolah langsung mendengarkan kaset lagu-lagunya susan, si komo, trio kwek-kwek, sambil joget-joget. Jam 1 siang tidur, jam empat sore lihat Sailor Moon, Time Quest si teko ajaib dan ada putri syalala, Wedding Peach, Sesame Street.
            Habis manghrib biasanya ikut nyanyi-nyanyi, papa main saxophone, lagunya enak-enak. Aku suka sekali. Judulnya menyanyi llagu bahasa Inggris ngawur, asal teriak yang penting nyanyi.
            Tapi tahun ’94 ini Mbah Kakung meninggal. Padahal aku paling dekat dengan Mbah Kakung. Setiap hari bantuin ngantar Mbah ke kamar mandi, bersihin pispot, nyuapin bubur, mainan lipat-lipat kertas, ending-nya dikasih uang. Sampai dulu aku pernah nangis minta dibelikan sendal jepit yang ada gambar mbok kondenya. Aku lupa mbok konde itu apa, tapi aku sering sekali bilang mbok konde begitu.

Aku di Usia Lima Tahun

            Di usia ini aku semakin eksis dengan kegiatan di sekolah. Ikut drumband bagian perkusi, oh iya, aku sudah bisa baca Al-Qur’an, dipilih sekolah untuk ikut lomba hafalan surat-surat pendek. Sering ikut lomba nyanyi dan mewarnai.
            Disekolah juga diajari ballet, aku dapat peran kupu-kupu biru, si Della kupu-kupu pink. Kegiatan dirumah juga masih sama saja seperti biasa, tapi papa semakin keras mengajariku belajar. Pernah kapan gitu, papan tulisku dibanting sampai pecah gara-gara aku tak paham apa yang dimaksud papa
            Dulu aku hampir tak pernah keluar rumah, karena rumahku sangat luas, sepedaanpun dilakukan didalam rumah. Mau mainan, ada mainan banyak, jadi main sendiri. Cukup kuper lah, soalnya kata mama kalau main nanti kena kutu.
            Aku sempat masuk rumah sakit, kena flek. Di RS Empat Lima, daerah Patangpuluhan. Setiap hari nangis, infusnya sakit. Tanganku dipasang papan. Kalau pagi sampai sore mama jaga di RS, kalau malam gantian papa. Aku sempat minta papa untuk main saxophone, tapi karena dirumah sakit, dulu Cuma dibawakan rekamannya saja.

Aku di Usia Enam Tahun

            Asik, masuk SD. Satu sekolah lagi dengan Della. Waktu tes pertama kali ada kejadian yang betul-betul aneh bin ajaib. Bukannya mengerjakan soal, tapi aku malah masuk ke kolong meja sembunyi. Sampai mama teriak-teriak. Bahkan saat wawancara aku sama sekali tak mau bicara, karena bapaknya serem. Sampai rumah dimarahi habis-habisan.
            Untungnya diterima, dan aku tercatat resmi sebagai murid SD Negri Keputran V Yogyakarta. Aku paling pendek waktu SD, dan selalu dijadikan Bawang Kosong. Pelajaran aku Cuma bagus di seni. Olahraga betul-betul merah. Payah lah.

Aku di Usia Tujuh Tahun

            Kembali lagi masuk rumah sakit. Sama seperti yang dulu, di RS Empat Lima, Patangpuluhan. Kasusnya juga sama. Saat ini aku baru sadar kalau aku sering sakit-sakitan. Badanku sering panas. Sering izin juga disekolah.
            Lalu aku sempat ikut rekaman untuk soundtrack film boneka. Tergabung dalam group Teleboneka, ada annsamblenya juga. Della juga ikut, kami duet di lagu berjudul Laut. Seingatku dulu sering dipanggil ke RRI dan TVRI untuk promosi lagu. Ada Mbak Sheilla, Mbak Devi, Diva, Milla, Mbak Shandy, dan Damar. Sampai sekarang aku masih menyimpan kasetnya, meski mungkin di luar sana, tak banyak orang tahu.

---bersambung , lanjut besok yaaa....---

Popular posts from this blog

TAMADIPA "Taman Madya Ibu Pawiyatan" Yogyakarta

    Saya dulu adalah alumni dari TAMADIPA, angkatan tahun 2005 - 2008. Di Jogja TAMADIPA identik dengan julukan sebagai Sekolah Buangan. Memang status sekolahku swasta. Banyak pula anak-anak yang tak berese alias nakal. Bahkan ada pula yang menyebut sekolahku ini sebagai sarang penyamun. Ya, memang ada benarnya, tapi juga sangat salah.    Mereka hanya belum mengenal saja bahwa TAMADIPA adalah sekolah terbaik yang pernah ada. Dan aku cukup bangga bersekolah disana, walaupun statusnya swasta. Sebelum ada sekolah negri, TAMADIPA sudah ada, berdiri sebagai sekolah rakyat pertama, bayangkan, sudah dari jaman penjajahan Belanda. Sistem  asah, asih, asuh  serta  cipta, rasa, karsa yang ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara betul-betul tak akan dijumpai disekolah lain. Bahkan sampai saat ini.    TAMADIPA adalah sekolah yang memiliki sistem among "mengasuh", budi pekerti dan Ketaman Siswaan. Panggilan untuk guru-guru disinipun tidak menggunaka istilah Pak ataupun Ibu. Melain

Puput Photo Session

ELEPHANT SAFARI