Skip to main content

TAMADIPA "Taman Madya Ibu Pawiyatan" Yogyakarta



   Saya dulu adalah alumni dari TAMADIPA, angkatan tahun 2005 - 2008. Di Jogja TAMADIPA identik dengan julukan sebagai Sekolah Buangan. Memang status sekolahku swasta. Banyak pula anak-anak yang tak berese alias nakal. Bahkan ada pula yang menyebut sekolahku ini sebagai sarang penyamun. Ya, memang ada benarnya, tapi juga sangat salah.
   Mereka hanya belum mengenal saja bahwa TAMADIPA adalah sekolah terbaik yang pernah ada. Dan aku cukup bangga bersekolah disana, walaupun statusnya swasta. Sebelum ada sekolah negri, TAMADIPA sudah ada, berdiri sebagai sekolah rakyat pertama, bayangkan, sudah dari jaman penjajahan Belanda. Sistem asah, asih, asuh serta cipta, rasa, karsa yang ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara betul-betul tak akan dijumpai disekolah lain. Bahkan sampai saat ini.
   TAMADIPA adalah sekolah yang memiliki sistem among "mengasuh", budi pekerti dan Ketaman Siswaan. Panggilan untuk guru-guru disinipun tidak menggunaka istilah Pak ataupun Ibu. Melainkan Ki "untuk pria", Ni "untuk wanita yang belum menikah", dan Nyi "untuk wanita yang sudah menikah.
    Dulu waktu saya masih bersekolah disana, saya betul-betul bisa mengeksplorasi sedikit potensi yang saya miliki. Banyak kegiatan yang saya ikut, dari kelas X sampai kelas XII. Tak ada batasan, berbedaan, serta strata yang biasanya terjadi di sekolah negri maupun swasta yang lain. Ada Jurnalistik, Musik, Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Teater. Dari semua kegiatan itu, aku menikmati hasilnya saat ini. Baik untuk diri sendiri ataupun masyarakat diluar.
   Saya masih ingat, saat istirahat sekolah, para guru sering sekali ikut bergabung di kantin. Tak ada batasan sekali lagi. Tak ada senioritas, yang pasti masa-masa SMA dulu saya betul-betul menikmatinya. Saya juga aktif dalam kegiatan OSIS, tapi istilah OSIS disini bernama PPTS, yaitu Persatuan Pemuda Tamansiswa, tentunya punya hymne tersendiri.
   Keprihatinan yang saat ini dilanda adalah, semakin berkurangnya jumlah murid di TAMADIPA. Banyak sekali orang tua calon siswa yang menganggap TAMADIPA adalah sekolah paling jelek dan brutal di Jogja. Padahal sebenarnya ada pelajaran yang tak tak akan ditemukan dimanapun yang diajarkan disini. Budi Pekerti menjadi landasan utama di TAMADIPA. Harapannya, semoga TAMADIPA akan terus tetap jaya seperti sejak jaman Belanda. Menikmati kembali prestasi tingkat dunia.

V I S I:

Sekolah Berwawasan Kebangsaan, Unggul dalam IPTEK Berlandasan Mutu Religius untuk Mewujudkan Manusia Berbudi Pekerti Luhur.


M I S I:

1. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan dan bernalar sehat kepada para peserta didik, guru dan karyawan sehingga berkemauan kuat untuk terus maju.

3. Meningkatkan komitmen seluruh tenaga kependidikan terhadap tugas pokok dan fungsinya.

4. Mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran dan administrasi sekolah.

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana Pendidikan, SDM dalam upaya peningkatan mutu.

T U J U A N

1. Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

2. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas, dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni.

3. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri.

FASILITAS

Lab. Kimia, Lab. Fisika, Lab. Biologi, Lab. Komputer, Lab. Bahasa, Perpustakaan, Mushola, Gedung memadai, Lapangan sepakbola, Lapangan basket, Seperangkat Gamelan, alat musik, Halaman luas, Tempat parkir

EKSTRAKULIKULER

Teater, Pleton Inti, Bahasa Jepang, Musik, Tari, Karawitan, Bahasa Inggris, Jurnalistik, Pecinta Alam, Cheerleader.


-untuk Tamansiswa-

Popular posts from this blog

BOCAH-BOCAH PENJUAL KARTU

Tegal Alang, Ubud, Bali, 25 September 2012     Hari itu saya dan Widya bersama Beli Kadek fullday jalan-jalan keliling Bali. Dari pagi sampai malam. Tujuan pertama kami adalah Goa Gajah dilanjutkan ke dareah Kintamani untuk makan siang. Perjalananku saat itu benar-benar menyenangkan. Karena sangat jarang sekali dapat liburan bersama dengan Widya, teman satu kantor.     Pemberhentian kami selanjutnya adalah Tegal Alang. Tegal Alang adalah salah satu daerah persawahan di Bali. Keunikan darinya adalah terasering yang bertumpuk-tumpuk dan sama sekali tidak dibuat dengan bantuan mesin maupun ternak, seluruhnya murni buatan manusia. Bahkan untuk membajak sawahnyapun dengan menggunakan tenaga manusia. Meski derita tak henti menerpa Badai kehidupan yang datang menerjang Ku takkan henti bertahan hingga nanti Derita si kecil menyayat hati Tangan yang lemah mencoba meraih Mungkin suratan jadi orang pinggiran Lihatlah dan bukalah mata hatimu Melihatnya lemah terluk...

Upiq Ajah Deh