Rabu, 14 November 2012
Hari ini aku mengawali pagiku seperti biasa. Bangun agak
siang, tapi setelah itu langsung mencuci. Sudah dua hari ini cucianku banyak
sekali. Tapi tumben, tadi bisa selesai cepat. Dengan semangat, langsung beresin
kamar, mandi, dan dandan secantik-cantiknya, serapi-rapinya, setelah kemarin
ditegur oleh Bu Mira, kalau harus dandan.
Pukul 12.30 aku sudah siap berangkat ke kantor lebih awal.
Mulai hari ini aku berprinsip tak akan lagi datang terlambat. Langit sangat
cerah, panas-panas sedikit tak masalah, aku siap mengarungi jalanan menuju
kantor menggunakan si kakek pitung tersayangku. Tapi sebelumnya mampir dulu di
ibu bensin, kasih minum biar ga rewel.
Rute yang kulalui seperti biasa, sambil bernyanyi-nyanyi dan
membayangkan apa nanti yang akan kulakukan di kantor. Sampai jalan imogiri,
langit tiba-tiba berubah menjadi mendung. Aku masih tancap gas, semoga jangan
hujan sampai kantor. Meskipun aku sangat suka hujan, tapi jangan sekarang,
pulangnya saja tak masalah hujan-hujan.
Tapi ternyata Tuhan memberiku hujan lebih awal, terpaksa
berteduh sebentar di dekan RSUD Wirosaban. Aku lupa tak bawa mantol. Fyuuuhhh lega
rasanya, hujan hanya sebentar mengguyur. Kulanjutkan lagi perjalananku dengan
bahagia. Menyusuri area XT_Square, UTY, Balai Kota. Aman, masih belum ada jam
satu siang, jadi aku bisa bersantai naik naik si kakek pitung.
Setelah melewati rel kereta sebelum UIN “dekat APMD”, dut….dut….dut…
yah magok lagi dech. Mungkin karena tadi sempat tersiram air hujan. Kucaba untuk
meng-slah, tapi kenapa tak bisa. Genjotannya jadi keras. Astaga, hujan, tapi
kenapa makin lama makin deras ya. Baiklah aku berteduh sebentar.
Orang ketiga, seorang ibu-ibu, dengan alasan sedang
terburu-buru, orang keempat seorang mbak-mbak tak ada pulsa, dan terakhir
seorang mbak-mbak juga, aku bertanya digubrispun tidak. Kususuri jalan
sepanjang kampus UIN yang kearah Amplaz, dengan hujan mengguyur cukup deras,
tak ada tempat berteduh. Orang-orang lewat hanya memperhatikan saja.
Setengah jam kemudian, Bingo! Akhirnya kutemukan sebuah
bengkel. Sebut saja bengkel “X” setelah jembatan museum Affandi. Hujan masih
mengguyur, sekujur badanku basah, aman hari ini hari pertamaku haid. Rasanya WOW
sekali. Si bapak teknisi tampak sekali ogah mengurusi si kakek pitung. Dengan beribu
alasan, akhirnya kutinggalkan bengkel “X” sambil sedkiti marah. Bukan marah,
tapi kecewa dia menyuruhku pergi dengan bahasa sedikit kasar. Sebetulnya pingin
nangis waktu itu, tapi aku tak boleh menangis.
Aku berjalan lagi, ada sebuah bengkel yang karyawannya tiga
orang sedang duduk-duduk memanggilku, “Kenapa mbak?” dan aku menjawab, “Ini ndak bisa di slah mas,
ketokmen ngancing.” Ketiga orang mas-mas bengkel itu mengutak-atik si kakek
pitung. Dan akhirnya berkata, “Wadhuh, kita gak punya alate buat motor lawas e
mbak. Coba itu di bengkel yg plang e warna merah.”
Baiklah, kuucapkan terima kasih. Mereka bertiga adalah orang
terbaik yang kutemui dalam waktu satu setengah jam ini, intinya selama aku
berjalan. Kutemukan bengkel itu, si koko pemilik bengkel langsung menyambut, “Kenapa
motore?”, kujelaskan duduk perkaranya, dan kedua karyawannya langsung mengurus
si kakek pitung. Puji syukur akhirnya menemukan bengkel. Aku bisa duduk
sebentar, mengeringkan baju yang kering di badan.
Yogya Motor |
Berhubung handphoneku mati, si koko pemilik bengkel
menyuruhku mengcharge hpku di colokan depan, dan aku bisa menghubungi Upiq. Pasang
status bb, terima kasih untuk Tante Yani dan Oom Dhani, jadi ngrepotin. Makasih
untuk Upiq, Mbak Evi, Bu Mira, aku sudah boleh cashbond. Jadi si kakek pitung
bisa diobati. Papa susah dihubungi, untung aku dikelilingi oleh orang baik dan
peduli kalau orang rumahku sedang tidak
bisa terkondisikan.
Bagi kalian yang kurang paham ceritaku hari ini, tak
masalah, karena ini pengalaman selama 4 jam-ku berjuang menuju kantor. Aku merasakan
perbedaan yang sangat kontras, bahwa kenyataannya sebagian besar masyarakat
menilai serta memandang seseorang hanya dari tampilan luar. Hanya ada sediki
orang yang benar-benar tulus peduli, setidaknya hanya dengan bertanya. Perbandingannya
mungkin 3:400.
Jika aku pergi tidak dengan mengendarai si kakek pitung,
dengan si abang supra atau si om swift, banyak orang, sebagian besar teman-teman,
melirikku, bahkan sangat baik didepanku. Tapi ketika aku menggunakan si kakek
pitung, mereka yang terlihat baik, baik yang kukenal maupun tidak, hanya
kuminta tolong sedikit saja sama sekali tak menoleh. Justru malah orang yang
tidak terharapkan, orang yang aku sendiri pekewuh sudah kurepotkan terus,
mereka datang membantu.
Pelajaran hari ini, bagaimanapun juga mesin itu bagaikan
nyawa. Kalau tidak dirawat nantinya akan rusak juga. Selain itu, peduli. Aku tak
akan mengeluh tentang badanku yang basah kuyup plus sedang haid dan apalah. Aku
menikmati hari ini. Terima kasih Tuhan…….